cerita rakyat ` pela alang-latuhalat


ini cerita rakyat dari maluku :)

Hubungan Pela Negeri Latuhalat dan Negeri Alang
Latuhalat berpela dengan negeri Alang di jazirah Hitu Pulau Ambon. Hubungan pela ini terjadi karena adat perkawinan dan bentuk pela adalah Pela Batu Karang. Perkawinan antara kedua warga negeri dilarang. Cerita terjadinya pela ada sedikit variasi antara masing-masing negeri. Tuturan terjadinya pela dengan versi Latuhalat dapat dijelaskan sebagai berikut :
Ada tiga pemuda Alang mengunjungi pesta di Latuhalat. Mereka itu ialah Patty, Siwalette dan Huwae. Pada pertemuan di pesta tersebut, pemuda Patty jatuh cinta kepada gadis Costansa Lekatompessy. Bahkan bukan saja Patty melainkan Soplantila seorang pemuda Latuhalat jatuh cinta pula kepada Costansa. Waktu terbetik berita bahwa Costansa akan dibawa dengan arombai (perahu tidak bercadik) ke Alang untuk dikawinkan disana, maka Soplantila berusaha menyusun suatu siasat dan tipuan untuk menggagalkan rencana tersebut. Disuruhnya seorang hamba mencabut lolang (paku) dari lunas arombai dan sesudah itu berembuk dengan tukang Latumeten si pembuat arombai untuk menjelaskan maksudnya. Latumeten setuju untuk menggagalkan perkawinan Costansa dengan pemuda Alang itu. Soplantila dan Latumeten menyusun siasat lagi. Soplantila disuruh membuat perjanjian dengan Lekatompessy ayah Costansa bahwa kalau pada waktunya arombai itu belum siap dikerjakan maka perkawinan dengan pemuda Alang itu gagal dan Soplantila dapat mengawini Costansa saja. Pada waktu arombai diluncurkan ternyata ada kebocoran besar di lunas dan air merembes melalui lobang yang dicabut itu. Terpaksa perjanjian itu dipenuhi, kemudian agar tidak menimbulkan kekecewaan dari pemuda Patty dan rombongannya yang akan datang meminang dan membawa gadis Costansa, disusun lagi suatu siasat. Lekatompessy menyuruh Latumeten membuat sebuah patung duplikat gadis Costansa dari meur sagu. Dikonstruksi begitu rupa sehingga rupanya sama bahkan dapat bergerak, hanya saja tidak dapat berbicara. Juga kepada seorang pelayan dan petugas yang menjaga patung tersebut sudah diinstruksikan apa yang harus ia lakukan yaitu pada saat arombai memasuki labuhan Namakole di Alang dan berputar haluan untuk mendarat maka patung tersebut harus sengaja dijatuhkan ke laut. Tiba saatnya patung yang molek ini dinaikkan ke arombai itu dan bersama-sama dengan pengantin pria dari Alang yang telah datang menjemputnya berlayar menuju alang setelah dilepaskan dengan suatu upacara adat yang luar biasa meriahnya. Setelah tiba di pelabuhan Alang rencana tersebut dilaksanakan. Arombai yang sedang berputar dan miring itu hampir terbalik dan tiba-tiba patung Costansa jatuh ke dalam laut. Patty si calon pengantin pria segera terjun ke laut untuk menolong calon istrinya. Akan tetapi sulit untuk diselamatkan. Pengantin pria ini kemudian meninggal juga dan ia muncul sebagai seekor buaya, sedangkan patung Costansa itu akhirnya terdampar di pantai negeri Liliboi. Karena kejadian ini maka orang-orang Alang sangat marah dan mereka datang ke Latuhalat untuk berperang. Namun peperangan tidak jadi berlangsung karena orang-orang Latuhalat mengakui kesalahan dan meminta maaf. Suatu perdamaian dan perjanjian diadakan antara kedua belah pihak untuk tidak bermusuhan lagi megingat kedua negeri sama-sama terletak pada kedua tanjung yang merupakan penjaga pintu masuk pelabuhan Ambon yaitu Tanjung Alang dan Tanjung Nusaniwe (Latuhalat).
 Hubungan persaudaraan diadakan dalam persekutuan Pela Batu Karang dimana tidak boleh ada perkawinan antara muda-mudi kedua negeri, terlebih-lebih antara mata rumah Lekatompessy dan Patty. siapa anak-anak cucu yang melanggar perjanjian ini, ia akan mati. Jikalau anak laki-laki yang melanggar perjanjian ini, mau dari Latuhalat maupun dari Alang, dia harus mati. Pela antara Alang dan Latuhalat ini terjadi sebelum Lekatompessy memakai nama Lekatompessy melainkan ada memakai nama Latumeten. Pela ini terjadi kira-kira pada tahun 1356 sebelum Portugal dan Belanda menduduki Maluku.

Komentar

Postingan Populer