Manusia menurut Thomas Aquinos
Apakah Manusia Itu ?
Thomas Aquinas atau Thomas dari
Aquino (1224-1274 M) yang sering disebut sebagai “Ahli
teologi utama orang Kristen”. Menurutnya, Dunia ini dan hidup manusia terbagi
atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, yaitu tingkat atas dan
bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan akal.
Hidup kodrati ini kurang sempurna dan bisa menjadi sempurna kalau disempurnakan
oleh hidup rahmat (adikodrati). “Tabiat
kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat,” kata Thomas
Aquinas.
Mengenai
manusia, Thomas mengajarkan bahwa pada mulanya manusia mempunyai hidup kodrati
yang sempurna dan diberi rahmat Tuhan. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa,
rahmat Tuhan (rahmat adikodrati) itu hilang dan tabiat kodrati manusia menjadi
kurang sempurna. Manusia tidak dapat lagi memenuhi hukum kasih tanpa bantuan
rahmat adikodrati. Rahmat adikodrati itu ditawarkan kepada manusia lewat
gereja. Dengan bantuan rahmat adikodrati itu manusia dikuatkan untuk
mengerjakan keselamatannya dan memungkinkan manusia dimenangkan oleh Kristus.
Mengenai
sakramen, Ia berpendapat bahwa terdapat tujuh sakramen yang diperintahkan oleh
Kristus, dan sakramen yang terpenting adalah Ekaristi (sacramentum sacramentorum). Rahmat adikodrati itu disalurkan kepada
orang percaya lewat sakramen. Dengan menerima sakramen, orang mulai berjalan
menuju kepada suatu kehidupan yang baru dan melakukan perbuatan-perbuatan baik
yang menjadikan ia berkenan kepada Tuhan. Dengan demikian, rahmat adikodrati
sangat penting karena manusia tidak bisa berbuat apa-apa yang baik tanpa rahmat
yang dikaruniakan oleh Tuhan. Gereja dipandangnya sebagai lembaga keselamatan yang
tidak dapat berbuat salah dalam ajarannya.
Menurut
Thomas Aquinas manusia adalah suatu kesatuan yang berdiri sendiri, yang terdiri
dari bentuk/aktus (jiwa) dan materi/potensi (badan). Oleh karena itu, pertautan
antara tubuh dan jiwa menunjukkan bahwa jiwa bukanlah suatu yang berdiri
sendiri sebagaimana yang diajarkan oleh Plato. Terhadap tubuh, jiwa adalah
bentuk yang memberi gerak dan daya yang menghidupkan tubuh. Berkat jiwa badan
menjadi realitas yang hidup.
Thomas
Aquinas mengungkapkan dua konsekuensi. Pertama,
jiwa manusia bersifat abadi. Jiwa yang bersifat rohani tinggal tetap tetapi
badan bersifat sementara dan akan hanncur bersama kematian. Kedua, jiwa sebagai bentuk selalu
terarah kepada badan dan materi. Hal ini sesuai dengan pandangan Kristiani
tentang kebangkitan badan.
Perenialisme
merupakan salah satu aliran dalam filsafat pendidikan yang lahir pada abad
keduapuluh. Perenialisme berasal dari kata
perennial yang berarti abadi/kekal atau bersifat
lestari. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau
proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.
Selain itu, filsafat perenialis menekankan kemampuan-kemampuan berpikir
rasional manusia sehingga membedakan mereka dengan binatang-binatang lain.
Thomas
berpendapat pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur
menjadi aktif atau nyata tergantung pada kesadaran tiap-tiap individu. Seorang
guru bertugas untuk menolong membangkitkan potensi yang masih tersembunyi dari
anak agar menjadi aktif dan nyata.
Pandangan Ontologi Perenialisme
Ontologi
perenialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti benda individual,
esensi, aksiden dan substansi. Perenialisme membedakan suatu realita dalam
aspek-aspek perwujudannya menurut istilah ini. Benda individual adalah benda
sebagaimana nampak dihadapan manusia dan yang ditangkap dengan panca indera
seperti batu, rumput, orang dalam bentuk ukuran, warna dan aktifitas tertentu.
Misalnya bila manusia ditinjau dari esensinya adalah makhluk berpikir. Adapun
aksiden adalah keadaan-keadaan khusus yang dapat berubah-ubah dan sifatnya kurang penting dibandingkan dengan
esensial, sedangkan substansi adalah kesatuan dari tiap-tiap individu.
Jadi
segala yang ada di alam semesta ini seperti halnya manusia, batu bangunan
dasar, hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya merupakan hal yang logis dalam
karakternya. Setiap sesuatu yang ada, tidak hanya merupakan kombinasi antara
zat atau benda tapi merupakan unsur potensialitas dengan bentuk yang merupakan
unsur aktualitas.
Dengan
demikian bahwa segala yang ada di alam ini terdiri dari materi dan bentuk atau
badan dan jiwa yang disebut dengan substansi. Bila dihubungkan dengan manusia,
maka manusia itu adalah tensialitas yang di dalam hidupnya tidak jarang
dikuasai oleh sifat eksistensi keduniaan, tidak jarang pula dimilikinya akal,
perasaan dan kemauannya semua ini dapat diatasi. Maka dengan suasana ini
manusia dapat bergerak untuk menuju tujuan (teologis) dalam hal ini untuk
mendekatkan diri pada supernatural (Tuhan) yang merupakan pencipta manusia itu
sendiri dan merupakan tujuan akhir.
Bagi
Thomas, argumen kosmologi tentang eksistensi Tuhan adalah sesuatu yang penting.
Menurutnya, sebagai makhluk yang berakal, kita harus membedakan antara
ciri-ciri yang aksidental dan ciri-ciri yang esensial tentang realitas, atau
antara objek-objek yang bersifat sementara dan objek-objek yang bersifat
permanen. Tiap-tiap kejadian antara perubahan memerlukan suatu sebab, dan
menurut logika, kita harus kembali ke belakang, kepada sebab yang berada
sendiri, tanpa sebab atau kepada Tuhan yang berdiri sendiri. Oleh sebab itu,
Tuhan bersifat imanen dalam alam, ia prinsip pembentuk alam. Tuhan adalah
syarat bagi perkembangan alam yang teratur serta sumber dan dasarnya yang
permanen.
Thomas
mengajarkan Tuhan sebagai “ada yang tak terbatas” (ipsum esse subsistens). Tuhan adalah “zat yang tertinggi”, yang
mempunyai keadaan yang paling tinggi. Tuhan adalah penggerak yang tidak
bergerak.
Komentar